Sepi Menahun, Pedagang Pasar Meubel Bukir Keluhkan Tunggakan Restribusi dan Cacat Bangunan

KOTA PASURUAN, inilah berita – Kondisi pasar mebel di Kelurahan Bukir, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, menuai keluh kesah pedagang terkait sepinya pembeli dan problematik iuran retribusi (distribusi) bedak. Penurunan omzet yang tajam dilaporkan telah terjadi sejak puncak pandemi COVID-19 hingga saat ini.

Salah satu penghuni, Dwi, menyampaikan kepada awak media bahwa kondisi penjualan perabotan berbahan dasar kayu kini sangat memprihatinkan. “Kondisi parah sepi puncaknya waktu COVID sampai saat ini sepi, pokoknya parah lah Mas,” keluhnya sambil menghela napas panjang.

Pedagang lain, H. Sukron, menceritakan betapa sulitnya kondisi saat ini. Dalam satu hingga dua minggu, hanya satu barang mebel yang berhasil terjual.

“Barang mebel saya laku, seminggu hingga dua minggu itu pun keluar cuma 1 barang dan uangnya habis buat makan, tidak bisa buat kulak lagi. Terkadang kurang buat membiayai kebutuhan keluarga,” ujar H. Sukron.

Dampak langsung dari sepinya pembeli adalah kesulitan para pedagang untuk membayar iuran retribusi bedak. Mereka mengungkapkan bahwa sebagian besar penghuni bedak saat ini menunggak pembayaran retribusi.

Retribusi yang bervariasi mulai dari Rp7.500 (harian) hingga Rp60.000, Rp130.000, dan Rp250.000 (bulanan) disesuaikan dengan ukuran dan fasilitas stand.

“Kita tidak bisa bayar distribusi hingga kita mendapatkan surat pemberitahuan tunggakan dari dinas. Kita pasrah kalau begini kondisinya, apakah akan disuruh keluar,” ungkap pedagang, mencerminkan kekhawatiran mereka akan kehilangan tempat usaha.

Di samping masalah ekonomi, H. Sukron juga menyoroti masalah infrastruktur pada bangunan pasar mebel yang dikategorikan baru. Ia menyebut bangunan itu “produk gagal” karena pintu bedak yang terlalu pendek.

Hal ini berdampak pada kesulitan memasukkan atau mengeluarkan almari berukuran besar, yang harus dimiringkan. Cacat bangunan ini, ditambah kondisi pasar yang sepi, membuat puluhan stand di pasar mebel tersebut menjadi mangkrak dan tidak diminati penyewa baru.

Baca juga  Gowes Kebaikan dan Bakti Sosial Warnai Perayaan HUT ke-80 PMI di Kota Pasuruan

Para pedagang sangat berharap adanya sentuhan langsung dari Pemerintah Kota Pasuruan, terutama Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) serta Walikota Pasuruan.

Mereka mendesak pemerintah untuk:

– Memikirkan solusi agar usaha mebel Bukir kembali ramai seperti dulu, di mana kawasan tersebut sempat terkenal hingga terjadi kemacetan di hari Sabtu.

– Merevitalisasi bangunan pasar yang mangkrak dan memperbaiki desain pintu agar sesuai dengan ukuran perabotan yang dijual.

– Hadirnya upaya konkret dari pemerintah setempat agar usaha mebel ini kembali diminati masyarakat demi kemakmuran warga Pasuruan.

“Kita sangat berharap adanya sentuhan dari pemerintah kota. Kini [Pasar Mebel Bukir] sangat sepi pembeli bahkan pengunjung untuk melihat-lihat saja hampir tidak ada,” tutupnya. (Ysf)